Sabtu, 03 Maret 2012

Akuntansi Intelektual Kapital

by: dwi kiki
1.      Implementasi modal intelektual (Intelektual Capital)
Implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja diIndonesia tetapi juga dilingkungan bisnis global, hanya beberapa negara maju saja yang telah mulai untuk menerapkan konsep ini, contohnya Australia, Amerika dan negara-negara Skandinavia. Pada umumnya kalangan bisnis masih belum menemukan jawaban yang tepat mengenai nilai lebih apa yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai lebih ini sendiri dapat berasal dari kemampuan berproduksi suatu perusahaan sampai pada loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Nilai lebih ini dihasilkan oleh modal intelektual yang dapat diperoleh dari budaya pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya sehingga produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan dapat meningkat.
Di Indonesia, menurut (Abidin 2000) intellectual capital masih belum dikenal secara luas. Dalam banyak kasus, sampai dengan saat ini perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya,sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Disamping itu perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structural capital, dan customer capital.
Konsep modal intelektual telah mendapatkan perhatian besar berbagai kalangan terutama para akuntan. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan pengungkapannya dalam laporan keuangan perusahaan.
 

2.   Karakteristik modal intelektual ( Intelektual Capital)
Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari tiga elemen utama,yaitu:


a.      Human Capital (modal manusia)
Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur.Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.
b.      Structural Capital atau Organizational Capital (modal organisasi)
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dalam upaya pengukuran elemen ini Edvinsson seperti yang dikutip oleh (Brinker 2000) menyatakan hal-hal sebagai berikut:

a. Value acquired process technologies only when they continue to the value of the
firm.
b. Track the age and current vendor support for the company process technology
c. Measure not only process performance specifications but actual value
contribution to corporate productivity
d. Incorporate an index of process performance ini relation to established process
performance goals

c.       Relational Capital atau Costumer Capital (modal pelanggan)
Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut. Edvinsson seperti yang dikutip oleh (Brinker 2000) menyarankan pengukuran beberapa hal berikut ini yang terdapat dalam modal pelanggan, yaitu:

ü Customer Profile . Siapa pelanggan-pelanggan kita, dan bagaimana mereka
berbeda dari pelanggan yang dimiliki oleh pesaing. Hal potensial apa yang kita
miliki untuk meningkatkan loyalitas, mendapatkan pelanggan baru, dan
mengambil pelanggan dari pesaing.
ü  Custumer Duration. Seberapa sering pelanggan kita berbalik pada kita? Apa
yang kita ketahui tentang bagaimana dan kapan pelanggan akan menjadi
pelanggan yang loyal? Serta seberapa sering frekuensi komunikasi kita dengan
pelanggan.
ü Customer Role . Bagaimana kita mengikutsertakan pelanggan ke dalam disain
produk, produksi dan pelayanan.
ü  Customer Support. Program apa yang digunakan untuk mengetahui kepuasan
pelanggan.
ü Customer Success. Berapa besar rata-rata setahun pembelian yang dilakukan oleh pelanggan.[1]

3.      Modal intelektual sebagai asset perusahaan
Sifat-sifat dasar aktiva berikut ini akan dijelaskan dalam hubungannya dengan
modal intelektual, yaitu:

1. Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan sehubungan dengan pengembangan
komponen utama modal intelektual berupa human capital, structural capital dan
costumer capital, akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang, yang
selanjutnya akan menunjang going concern dan demi tercapainya tujuan (goal
achievment) perusahaan.
. Modal intelektual tidak dimiliki oleh perusahaan sepenuhnya, karena apa yang
dimiliki oleh perusahaan adalah potensi yang ada di dalam ketiga komponen utama
modal intelektual.
3. Human capital, structural capital, dan costumer capital merupakan hasil dari
transaksi masa lalu yang dilakukan oleh perusahaan.[2]


4.      Intelektual capital statement : upaya pengungkapan Modal intelektual
Perubahan lingkungan bisnis saat ini memberikan banyak pengaruh dalam pelaporan keuangan perusahaan, terutama dalam hal penyajian dan penilaian aset tidak berwujud.Kegagalan current financial statements dalam memberikan informasi tentang apa yang menjadi pencipta nilai dalam perusahaan, merupakan salah satu yang ikut mempengaruhi. Commisionner Steven M. H. Wallman menyarankan perusahaan untuk mulai mengungkapkan “hidden assets” yang dimilikinya dengan menerbitkan pernyataan tambahan (suplemen) dalam laporan tahunan yang dipublikasikan Statement of intellectual capital merupakan suatu fenomena baru, baik sebagai suatu dokumen pelaporan yang menyertai laporan tahunan maupun sebagai suatu konsep manajemen. Namun masih sedikit perusahaan yang menggunakannya sebagai dokumen pendukung laporan tahunan. Peneltian secara mendalam terhadap pembuatan laporan modal intelektual dilakukan oleh P. N. Bukh dari Aarhus School of Business School dan H. T. Larsen serta Jan Mouritsen dari Copenhagen Business School. Penelitian ini merupakan proyek yang dilaksanakan selama tiga tahun oleh The Danish Agency for Development of Trade and Industry, Copenhagen Business School, University of Aarhus dan Arthur Andersen dengan 19 perusahaan di Denmark. Proyek ini bertujuan untuk membantu ke-19 perusahaan tersebut untuk membuat intellectual capital statement tahun 1998 dan 1999 yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar