Selasa, 12 November 2013

MACAM POLA ASUH ANAK

MENGENAL TIPE POLA ASUH ORANGTUA
4 TIPE POLA ASUH ORANG TUA
 
 
OTORITER YANG MEMAKSA
POLA ASUH OTORITER, adalah pengambilan sikap atau keputusan yang sangat memaksa dari orangtua yang ingin diterapkan kepada anak-anaknya. Pola asuh ini biasanya dengan embel-embel “pokok-nya”, artinya apa yang diucapkan dan diinginkan oleh orangtua harus dipenuhi oleh anak tanpa adanya kompromi lagi, karena orangtua beranggapan bahwa apa yang “diperintahkan” kepada anak sejatinya adalah sebuah kebenaran dan harus dilakukan dan dituruti oleh anak.
Pola otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Dalam pola asuh ini biasa ditemukan penerapan hukuman fisik dan aturan-aturan tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan di balik aturan tersebut.
Orang tua mungkin berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang ditetapkannya. Toh, apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Orang tua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru akan menimbulkan serangkaian efek.
Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, seperti ia merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak mampu menyelesaikan masalah (kemampuan problem solving-nya buruk), begitu juga kemampuan komunikasinya yang buruk.

NEGLECTFUL SI CUEK
(terserah loe aja…)
POLA ASUH NEGLECTFUL ATAU PERMISIF, sangat berbeda dengan OTORITER. orang tua yang mempunyai pola asuh neglectful, maka apa pun yang terjadi, terjadilah tanpa orang tua menaruh peduli sama sekali. Dalam bahasanya terserah loe aja nak….apapun yang dilakukan oleh orangtua, orangtua memperbolehkannya. Biasanya orangtua seperti ini kalau ia harus berangkat kerja saat itu, ya ia tetap berangkat ke kantor, tanpa peduli anak akan menentukan pilihan yang mana. Dalam bahasa sederhananya tipe ini adalah tipe orang tua yang permisif alias serba membolehkan.
Pola neglectful adalah pola dimana orang tua tidak mau terlibat dan tidak mau pula pusing-pusing memedulikan kehidupan anaknya. Jangan salahkan bila anak menganggap bahwa aspek-aspek lain dalam kehidupan orang tuanya lebih penting daripada keberadaan dirinya. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama, bisa jadi orang tua tidak begitu tahu perkembangan anaknya.
Pola asuh seperti ini tentu akan menimbulkan serangkaian dampak buruk. Di antaranya anak akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri yang baik, kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk orang tuanya. Bukan tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan terbawa sampai ia dewasa. Tidak tertutup kemungkinan pula anak akan melakukan hal yang sama terhadap anaknya kelak. Akibatnya, masalah menyerupai lingkaran setan yang tidak pernah putus.

INDULGENT TIDAK PUNYA POSISI TAWAR

Ida, tadi malam tidurnya larut malam karena ia nonton TV program kesukaannya, sehingga pagi ini Ida terlambat bangun dan ia tidak mau berangkat kesekolah.  KIRA-KIRA seperti ini yang akan dikatakan orang tua yang tidak punya posisi tawar, "Ya sudah, Ida boleh enggak sekolah. Kamu lagi malas sekolah ya?" Kalau Ida mau menonton televisi saja di rumah, orang tua akan berkata, "Ya sudah, daripada menangis terus, kamu nonton teve saja deh." Begitu seterusnya. Kata-kata seperti itu akan sering diucapkan oleh orang tua yang mempunyai pola asuh indulgent.

Pola indulgent sebetulnya menjadi istilah bagi pola asuh orang tua yang selalu terlibat dalam semua aspek kehidupan anak. Namun di situ tidak ada tuntutan dan kontrol dari orang tua terhadap anak. Mereka cenderung membiarkan anaknya melakukan apa saja sesuai dengan keinginan mereka. Dalam bahasa sederhananya, orang tua akan selalu menuruti keinginan anak, apa pun keinginan tersebut. Bahkan orang tua jadi tidak punya posisi tawar sama sekali di depan anak karena semua keinginannya akan dituruti, tanpa mempertimbangkan apakah itu baik atau buruk bagi si anak," tandas Clara.

Banyak orang tua yang menerapkan pola asuh ini berkilah bahwa sikap yang diambilnya didasari rasa sayangnya terhadap anak. "Cinta saya pada si kecil kan cinta yang tidak bersyarat. Jadi, apa pun yang diminta anak akan saya turuti." Padahal yang namanya cinta, pada siapa pun, termasuk pada anak, tidak identik dengan keharusan menuruti semua keinginannya.

Akibat buruk yang harus diterima anak sehubungan dengan pola asuh orang tua yang seperti ini jelas tidak sedikit. Di antaranya anak jadi sama sekali tidak belajar mengontrol diri. Ia selalu menuntut orang lain untuk menuruti keinginannya tapi tidak berusaha belajar menghormati orang lain. Anak pun cenderung mendominasi orang lain, sehingga punya kesulitan dalam berteman. 

AUTHORITATIVE MEMBERIKAN PILIHAN
(demokratis gitu...)

APAKAH Anda termasuk orang tua yang akan memilih langkah seperti ini? "Jadi Aad maunya gimana? Kalau mau makan nonton TV dulu sebelum mandi, oke Papa kasih waktu 5 menit, tapi setelah itu kamu harus segera mandi dan berangkat sekolah." Anak boleh memilih melakukan apa yang menurutnya baik, tetapi tetap harus ada batasan apa yang seharusnya dilakukan. Pola asuh seperti ini dikategorikan sebagai pola asuh authoritative. Dalam bahasa lainnya disebut pola asuh demoktris.

Pola authoritative mendorong anak untuk mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan batas dan kontrol. Orang tua biasanya bersikap hangat, dan penuh welas asih kepada anak, bisa menerima alasan dari semua tindakan anak, mendukung tindakan anak yang konstruktif.

Anak yang terbiasa dengan pola asuh authoritative akan membawa dampak menguntungkan. Di antaranya anak akan merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya dirinya terpupuk, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa berkomunikasi baik dengan teman-teman dan orang dewasa.
Dengan adanya dampak positif tersebut, pola asuh authoritative adalah pola asuh yang bisa dijadikan pilihan bagi orang tua. "Beri anak kesempatan bicara tetapi kontrol sepenuhnya tetap di tangan orang tua," tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar